Sebagai investor, tentunya kamu sudah tau apa itu Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan, bukan? Nah, semakin besar dana kelolaan di sebuah produk reksa dana, maka menandakan semakin besar pula dana yang disetor investor ke manajer investasi. Tentunya, ini menjadi tolok ukur tingginya kepercayaan investor terhadap manajer investasi tersebut.
Pernah nggak sih kamu kepikiran, ketika kamu berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap mengapa hasilnya tidak tetap? Nah, tentunya cara kerjanya tidak begitu ya Sobat Rendra, mengingat semua jenis investasi pasti naik turun atau fluktuatif.
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya mengapa pencairan reksa dana kamu lama banget atau gak cair-cair? Tenang, itu ada alasannya kok. Jadi, pencairan reksa dana itu memerlukan prosedur dan proses yang harus dilalui, tidak langsung cair seperti yang kamu bayangkan, ya. Kamu juga harus ingat, dana investasi yang kamu subscribe itu tidak lagi berupa cash yang bisa diambil kapan aja, melainkan berupa aset saham, obligasi, dan deposito.
Ketika kamu membeli sesuatu hal tentunya ada beberapa biaya lainnya yang harus kamu tanggung. Misalnya, kamu membeli makanan di aplikasi pesan antar secara online, maka ada biaya tambahan yang harus dibayar terkait pembelian makanan tersebut, entah itu ongkos kirim, biaya layanan, dan sebagainya.
Berinvestasi reksa dana tentunya membuat investor harus memahami berbagai hal istilah reksa dana, seperti prospektus dan fund fact sheet. Tentunya, kedua hal tersebut bisa menjadi bekal pemahaman untuk investor dalam memahami reksa dana secara konkrit. Menariknya, sebagian orang yang belum investasi dibuat bingung dengan kedua istilah tersebut dan kurang memahami perbedaan antar keduanya.
Sobat Rendra, kamu sering nggak sih dihadapkan dengan beragam produk reksa dana dan bingung pilih yang mana? Tenang itu hal yang lumrah kok, kamu cuma perlu tau cara membandingkan suatu produk reksa dana dengan reksa dana lainnya biar kebingungan kamu tuntas.